Menjauhlah Dari Kompetisi Untuk Memenangkan Kompetisi Itu. What?
Ada yang bilang: “cara
memenangkan kompetisi adalah dengan menjauhi kompetisi itu sendiri”.
Apakah pernyataan itu benar
adanya? Atau pencetusnya hanya ingin membuat sensasi? Pada awalnya saya merasa
si pencetusnya ini hanya asal bicara. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi,
ternyata ada betulnya juga dia.
Coba kita dalami satu per satu.
Setiap pengusaha pasti ingin
produk atau jasanya dipilih konsumen. Seperti para profesional yang ingin
dipilih untuk dipromosikan, freelancer yang ingin dipilih untuk dipakai
jasanya, dan organisasi sosial atau komunitas yang ingin dipilih menjadi ‘rumah
kedua’ simpatisan atau volunteer-nya.
Kita semua berkompetisi untuk
menjadi yang terbaik dan terpilih di lingkup market masing-masing. Satu-satunya
cara adalah dengan memastikan kita lebih unggul dari yang lain.
Ada banyak cara untuk bisa lebih
unggul dari pesaing kita. Akan tetapi, kalau ujung-ujungnya kita hanya bersaing
pada langkah dan arah yang sama dengan mereka, hasilnya hanyalah kompetisi
tanpa henti. Kejar-kejaran terus. Bisa saja saat ini kita yang terdepan, tapi
besok sudah disalip kompetitor, lusa gantian kita salip mereka, tapi tidak lama
setelah itu, mereka akan menyusul lagi.
Jadi, tidak pernah selesai kan
kompetisinya. Ibarat balap karung tapi tidak pake garis finish. Capek banget,
kan? Hehe. Nah, kalau sudah tau bakal capek & persaingan tidak ada
ujungnya, saran untuk ‘menjauhi kompetisi’ itu lama-lama terdengar masuk akal
juga.
‘Menjauhi kompetisi’ di sini
bukan berarti menyerah begitu saja, melainkan berhenti bersaing dalam hal-hal
yang sudah terlalu umum, lalu menciptakan sesuatu yang baru dan belum
ditawarkan oleh yang lain. Tidak perlu bersikeras menjadi yang nomor satu,
tetapi jadilah satu-satunya. Dengan begitu, orang-orang akan mudah menemukan
lalu memilih kita.
Jadi, ada 2 hal yang ditegaskan:
1. Jauhi kompetisi, berhenti menjadi bagian dari
komoditas
2. Ciptakan nilai yang unik dan masuki wilayah yang baru.
Dalam dunia bisnis, konsep ini
dikenal dengan istilah Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy). Strategi
ini menantang perusahaan untuk keluar dari kompetisi sengit, ketat, sesak, dan
berdarah-darah (digambarkan dengan samudera merah), kemudian masuk ke dalam
pasar baru yang belum ada atau minim pesaingnya (digambarkan dengan samudera
biru).
Caranya adalah dengan mengajukan
4 pertanyaan ini:
1. Hal apa saja yang bisa dihilangkan dari sesuatu
yang biasanya ditawarkan kompetitor
2. Hal apa saja yang bisa dikurangi hingga di bawah standard kompetisi
3. Hal apa saja yang bisa ditingkatkan hingga di atas standard kompetisi
4. Hal apa saja yang belum pernah ditawarkan
sehingga harus diciptakan?
Coba perhatikan, dua pertanyaan
pertama memaksa kita untuk memikirkan kembali hal-hal apa yang telah lama
dikompetisikan walaupun sebenarnya tidak terlalu penting, atau yang hanya
merepotkan kita saja tanpa memberi hasil yang signifikan.
Sedangkan dua pertanyaan
berikutnya mendorong kita untuk meningkatkan nilai dan menciptakan permintaan
baru yang selama ini belum dioptimalkan atau bahkan belum ada.
Sebagai contoh, mari belajar dari kisah Nintendo Wii.
Dalam industri game konsol,
Nintendo Wii berhasil menjauhi persaingan dengan kompetitornya yakni Playstation
3 buatan Sony, dan Xbox 360 buatan Microsoft, sekaligus menciptakan permintaan
baru dan meraup pendapatan miliaran dolar.
Bagaimana mereka melakukannya?
Umumnya, perusahaan game konsol
bersaing pada kualitas grafis, realisme game, dan kinerja teknologi untuk
memperebutkan perhatian para maniak game yang menyukai grafis yang detail dan
rumit, serta performance yang tinggi. Akibatnya, mereka memproduksi game yang
sangat canggih dan mahal.
Nintendo berpikir sebaliknya.
Mereka menjauhi persaingan dengan cara membuat konsol yang kualitas grafis dan
kinerja teknologinya berada di bawah Sony dan Microsoft, tetapi menawarkan
hiburan baru berupa alat pengendali jarak jauh yang memungkinkan pemainnya
mengendalikan gerakan melalui isyarat fisik.
Akhirnya, Wii berhasil menjual
konsol dengan harga yang relatif murah sekaligus membuka pasar yang lebih luas,
yaitu para pemain game yang ‘iseng’ dan tidak terlalu menuntut grafis yang
detail. Faktanya, jumlah pemain ‘iseng’ seperti itu lebih banyak daripada
jumlah maniak game yang ‘serius’. Sehingga, jumlah permintaan konsol Wii pun melejit.
Bahkan, mereka bisa menjangkau
pasar keluarga karena pilihan gamenya yang lebih menghibur, simple, dan mudah
untuk dimainkan bersama-sama.
Wii menjauhi kompetisi untuk
memenangkan kompetisi. Terdengar paradoks, but it works!