My Meeting With The Founders Camp Singapore
Tadi siang, saya bertemu dengan Mr Deny, co-founder dari The Founders Camp (TFC) Singapore. Setelah menjemput beliau di Bandara Adisucipto Yogyakarta, kami langsung menuju ke sebuah cafe di daerah Kotabaru. Di sana, sambil makan siang, kami berdiskusi seputar program TFC Singapore yang akan dijalankan di Indonesia.
Singkatnya, The Founders Camp adalah sebuah support system yang membantu startup dalam mendapatkan akses pendanaan, bantuan hukum, dukungan expertise, juga ekosistem yang positif untuk mempercepat pengembangan usaha.
Misinya adalah melahirkan startup-startup berkualitas yang punya daya saing global melalui program pendampingan atau mentorship dari segi finance, marketing, manpower, engineering, dan sebagainya, sampai akhirnya (jika memang sudah siap) membantu mereka untuk pitching dengan angel investor.
Jadi, The Founders Camp ini punya fungsi sebagai advisor sekaligus mediator antara startup dengan pemodal maupun partner strategis lainnya yang dapat membantu kemajuan startup didikan mereka.
Setahun belakangan ini, setiap bulannya, TFC mengadakan pitching di kantor mereka di Singapura. Tentu diawali dengan seleksi terlebih dahulu. Pertama, startup harus mengirim business proposal yang secara singkat menggambarkan business model mereka, keuntungan dan resiko bisnis, proyeksi finansial, dan jumlah pendanaan yang diharapkan.
Setelah dinyatakan lolos, peserta diharuskan mengikuti coaching di Singapura sambil diseleksi mana yang pantas untuk pitching. Startup yang berhasil melalui seleksi saat coaching ini akan diberi kesempatan untuk presentasi selama kurang lebih 40 menit di depan para investor di Singapura dengan potensi funding 50.000 - 200.000 SGD.
Apakah hanya startup dari negara mereka saja yang boleh ikut program ini?
Kabar baiknya, TFC mulai melebarkan sayapnya ke Indonesia. Mereka sadar bahwa potensi para startup di Indonesia sangat besar. Orang Indonesia itu kreatif-kreatif, dan secara keahlian pun gak kalah dengan negara lain. Sayangnya, akses ke funding, bantuan teknis, network strategis, juga akses ke pasar global masih dirasa kurang.
Masalah lainnya adalah kemampuan menjual di depan calon investor yang masih harus diasah lagi. Menurut Mr Deny, banyak startup Indonesia yang sebetulnya punya produk bagus tapi tidak mampu meyakinkan pemodal bahwa produknya layak di-funding, entah karena kendala bahasa, teknik presentasi, atau bahkan masalah mental. Inilah yang ingin TFC coba bantu.
Sebagai proyek awal, September lalu TFC bekerja sama dengan Business Indonesia Singapore Association (BISA) sudah mulai membuka pintu bagi startup dari Indonesia yang tertarik untuk ekspansi ke luar negeri melalui Singapura sebagai business hub-nya. Rencananya, akan ada proyek-proyek lanjutan seperti itu yang akan mereka adakan lagi kira-kira dalam beberapa bulan ke depan dari sekarang.
Melalui meeting singkat tadi siang, saya bersama rekan-rekan di Jogja diminta untuk men-sounding-kan berita ini sekaligus membantu meng-organize acara mereka yang nantinya akan diselenggarakan di Jogja (sebagai awal) yang mungkin akan berlanjut ke kota-kota lainnya. Di acara tersebut, TFC akan berbagi wawasan plus menerangkan bagaimana startup bisa go global secara step by step dengan lebih jelas.
Saya sih langsung kepikiran ngadain acaranya di Jogja Digital Valley karena komunitas startup di sana sudah lumayan terbentuk. Makanya, setelah meeting selesai tadi, saya langsung antar Mr Deny untuk mampir ke sana. Dan beliau cukup tertarik.
Mau ikutan acaranya? Hmmm.. Tunggu update selanjutnya ya :)