Menjauhlah Dari Kompetisi Untuk Memenangkan Kompetisi Itu. What?

18.32 tahta 0 Comments

Ada yang bilang: “cara memenangkan kompetisi adalah dengan menjauhi kompetisi itu sendiri”.

Apakah pernyataan itu benar adanya? Atau pencetusnya hanya ingin membuat sensasi? Pada awalnya saya merasa si pencetusnya ini hanya asal bicara. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi, ternyata ada betulnya juga dia. 

Coba kita dalami satu per satu.

Setiap pengusaha pasti ingin produk atau jasanya dipilih konsumen. Seperti para profesional yang ingin dipilih untuk dipromosikan, freelancer yang ingin dipilih untuk dipakai jasanya, dan organisasi sosial atau komunitas yang ingin dipilih menjadi ‘rumah kedua’ simpatisan atau volunteer-nya.

Kita semua berkompetisi untuk menjadi yang terbaik dan terpilih di lingkup market masing-masing. Satu-satunya cara adalah dengan memastikan kita lebih unggul dari yang lain.

Ada banyak cara untuk bisa lebih unggul dari pesaing kita. Akan tetapi, kalau ujung-ujungnya kita hanya bersaing pada langkah dan arah yang sama dengan mereka, hasilnya hanyalah kompetisi tanpa henti. Kejar-kejaran terus. Bisa saja saat ini kita yang terdepan, tapi besok sudah disalip kompetitor, lusa gantian kita salip mereka, tapi tidak lama setelah itu, mereka akan menyusul lagi.

Jadi, tidak pernah selesai kan kompetisinya. Ibarat balap karung tapi tidak pake garis finish. Capek banget, kan? Hehe. Nah, kalau sudah tau bakal capek & persaingan tidak ada ujungnya, saran untuk ‘menjauhi kompetisi’ itu lama-lama terdengar masuk akal juga.

‘Menjauhi kompetisi’ di sini bukan berarti menyerah begitu saja, melainkan berhenti bersaing dalam hal-hal yang sudah terlalu umum, lalu menciptakan sesuatu yang baru dan belum ditawarkan oleh yang lain. Tidak perlu bersikeras menjadi yang nomor satu, tetapi jadilah satu-satunya. Dengan begitu, orang-orang akan mudah menemukan lalu memilih kita.

Jadi, ada 2 hal yang ditegaskan:
1. Jauhi kompetisi, berhenti menjadi bagian dari komoditas
2. Ciptakan nilai yang unik dan masuki wilayah yang baru.

Dalam dunia bisnis, konsep ini dikenal dengan istilah Strategi Samudera Biru (Blue Ocean Strategy). Strategi ini menantang perusahaan untuk keluar dari kompetisi sengit, ketat, sesak, dan berdarah-darah (digambarkan dengan samudera merah), kemudian masuk ke dalam pasar baru yang belum ada atau minim pesaingnya (digambarkan dengan samudera biru).

Caranya adalah dengan mengajukan 4 pertanyaan ini:
1. Hal apa saja yang bisa dihilangkan dari sesuatu yang biasanya ditawarkan kompetitor
2. Hal apa saja yang bisa dikurangi hingga di bawah standard kompetisi
3. Hal apa saja yang bisa ditingkatkan hingga di atas standard kompetisi
4. Hal apa saja yang belum pernah ditawarkan sehingga harus diciptakan?


Coba perhatikan, dua pertanyaan pertama memaksa kita untuk memikirkan kembali hal-hal apa yang telah lama dikompetisikan walaupun sebenarnya tidak terlalu penting, atau yang hanya merepotkan kita saja tanpa memberi hasil yang signifikan.

Sedangkan dua pertanyaan berikutnya mendorong kita untuk meningkatkan nilai dan menciptakan permintaan baru yang selama ini belum dioptimalkan atau bahkan belum ada.

Sebagai contoh, mari belajar dari kisah Nintendo Wii.

Dalam industri game konsol, Nintendo Wii berhasil menjauhi persaingan dengan kompetitornya yakni Playstation 3 buatan Sony, dan Xbox 360 buatan Microsoft, sekaligus menciptakan permintaan baru dan meraup pendapatan miliaran dolar.

Bagaimana mereka melakukannya?

Umumnya, perusahaan game konsol bersaing pada kualitas grafis, realisme game, dan kinerja teknologi untuk memperebutkan perhatian para maniak game yang menyukai grafis yang detail dan rumit, serta performance yang tinggi. Akibatnya, mereka memproduksi game yang sangat canggih dan mahal.

Nintendo berpikir sebaliknya. Mereka menjauhi persaingan dengan cara membuat konsol yang kualitas grafis dan kinerja teknologinya berada di bawah Sony dan Microsoft, tetapi menawarkan hiburan baru berupa alat pengendali jarak jauh yang memungkinkan pemainnya mengendalikan gerakan melalui isyarat fisik.

Akhirnya, Wii berhasil menjual konsol dengan harga yang relatif murah sekaligus membuka pasar yang lebih luas, yaitu para pemain game yang ‘iseng’ dan tidak terlalu menuntut grafis yang detail. Faktanya, jumlah pemain ‘iseng’ seperti itu lebih banyak daripada jumlah maniak game yang ‘serius’. Sehingga, jumlah permintaan konsol Wii pun melejit.

Bahkan, mereka bisa menjangkau pasar keluarga karena pilihan gamenya yang lebih menghibur, simple, dan mudah untuk dimainkan bersama-sama.

Wii menjauhi kompetisi untuk memenangkan kompetisi. Terdengar paradoks, but it works!

0 komentar: